LAPORAN PERMANGANOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DASAR TEKNIK KIMIA
I
SEMESTER : II
(DUA)
TAHUN AJARAN : 2013/2014
TGL.
PERCOBAAN : 21 MARET 2014
JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN
KADAR Fe DENGAN CARA PERMANGANOMETRI
KELOMPOK : XXV
(DUA PULUH LIMA)
NAMA
|
NIM
|
SHINTA
WIDYASTUTI
|
130405069
|
Keadaan ruangan :
Tekanan
Udara : 760 mmHg
Suhu
Ruangan : 30 oC
LABORATORIUM KIMIA ANALISA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ABSTRAK
Permanganometri
adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi reduksi oksidasi. Pada
permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat (KMnO4).
Percobaan Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri dilakukan
dengan tujuan untuk menentukan kadar besi (Fe) yang terdapat dalam sampel.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel yang mengandung Fe
(dalam percobaan ini digunakan (FeCl3), kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N, asam oksalat (H2C2O4)
0,05 N, asam sulfat (H2SO4) 1 N, asam fosfat (H3PO4) 85%, dan aquadest. Alat-alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah buret, corong,
statif, klem, erlenmeyer, termometer,
gelas ukur, pipet tetes, bunsen, kaki tiga, kasa penangas air, penangas air dan
beaker glass. Proses pertama dari
percobaan ini adalah menyiapkan larutan KMnO4. KMnO4 yang
digunakan sebanyak 0,79 gram dalam 100 ml aquadest. Setelah itu, dilakukan
standarisasi kalium permanganat (KMnO4) dengan cara menitrasi asam
oksalat, dan kemudian dilakukan proses penentuan kadar Fe dengan cara menitrasi
sampel dengan menggunakan kalium permanganat (KMnO4). Dari percobaan
ini diperoleh konsentrasi KMnO4 pada standarisasi adalah 0,0375 N, persen ralat yang diperoleh adalah 25% dimana konsentrasi KMnO4 pada
penugasan adalah 0,05 N. Pada perhitungan
kadar Fe diperoleh konsentrasi Fe dari sampel adalah 0,00167 N, persen ralat yang diperoleh adalah 83,3% dimana konsentrasi FeCl3
pada penugasan adalah 0,01 N.
Kata
kunci : kalium permanganat, oksidasi, reduksi, standarisasi, dan titrasi.
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Percobaan
Permanganometri merupakan metode
titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat
sebagai titran untuk penetapan kadar zat. Titrasi ini
didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Permanganat
bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3,
+4, +6, dan +7. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral
dan alkalis.
Kalium
permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan
dalam suasana asam karena
akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa
senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya
hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat (Matasak, 2012).
Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku
tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus
tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan
sebagainya
(Rahayu,2012).
Pada percobaan ini akan dilakukan metode titrasi redoks
menggunakan kalium permanganat (KMnO4) untuk menentukan kadar Fe dalam sampel. Melalui percobaan ini, diharapkan praktikan mampu memahami dan mengerti
cara penentuan kadar konsentrasi suatu larutan dengan tepat serta perhitungan
yang didasarkan dengan prinsip stokiometri dari reaksi kimia di mata kuliah
kimia analisa ini.
.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar besi (Fe) berdasarkan
pengukuran volume, melalui reaksi oksidasi-reduksi dengan menggunakan larutan kalium
permanganat sebagai oksidator.
1.3 Rumusan Masalah
Hal-hal yang dirumuskan dalam percobaan ini adalah
cara-cara penentuan kadar besi (Fe) di dalam suatu sampel dengan titrasi
permanganometri dengan menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO4).
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat
yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah praktikan mengetahui cara-cara
penentuan kadar besi (Fe) dengan menggunakan metode permanganometri.
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Praktikum
Kimia Analisa modul Penentuan kadar Fe dengan cara permanganometri ini
dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara dengan kondisi ruangan:
Tekanan :
760 mmHg
Suhu : 30oC
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah sampel yang mengandung Fe (dalam percobaan ini digunakan FeCl3),
kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N
sebanyak 100 ml, larutan asam oksalat (H2C2O4)
0,05 N sebanyak 30 ml, asam sulfat (H2SO4)
1 N sebanyak 60 ml, dan asam fosfat (H3PO4) 85%.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, corong, statif,
klem, erlenmeyer, termometer, gelas
ukur, pipet tetes, bunsen, kaki tiga, kasa penangas air, dan beaker glass.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
Permanganometri
Permanganometri
merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat
(KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang
terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4
sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan
cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau
garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak
dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri
seperti:
1.Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg
(I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci,
dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan
hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2.Ion-ion Ba dan Pb dapat pula
diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan
dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.
Prinsip dari
titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan reduksi.Permanganometri
adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4-
bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah
menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa
digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.Pada
permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium
permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan
larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi
oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna
merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini
digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.Kalium permanganat distandarisasikan
dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida
standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium
permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi
ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat (Rahayu,
2012).
2.2
Kalium Permanganat
Kalium permanganat adalah oksidator
kuat. Tidak memerlukan indikator. Kelemahannya adalah dalam medium HCl. Cl-
dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, mempunyai kestabilan yang
terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N :
Reaksi
oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada
temperatur ruang. Untuk mempercepat perlu pemanasan. Sedangkan reaksinya dengan
As (III) memerlukan katalis. Titik akhir permanganat tidak permanen dan
warnanya dapat hilang karena reaksi :
ungu tidak
berwarna
Larutan
dalam air tidak stabil dan air teroksdasi dengan cara:
Penguraiannnya
dikatalisis oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn (II) dan MnO2. MnO2
biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat autokatalitik.
Untuk mempersiapkan larutan standar KMnO4, harus dihindarkan adanya
MnO2. KMnO4 dapat distandarkan terhadap Na2C2O4.
Hal ini digunakan untuk analisis Fe
(II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain
(Khopkar, 1985).
Kalium
permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari
zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim
adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan
itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah
dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat
bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini,
namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk
mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat
berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam
penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksidasi,
yang cukup kuat untuk mengoksidasiMn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan
persamaan :
3Mn2+
+ 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat
yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya
pengendapan sejumlah MnO2 . Tindakan pencegahan khusus harus
dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis
dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula
ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan
jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi.
Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk
menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos
atau gelas yang disinter untukmenghilangkan MnO2. Larutan
tersebutkemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak
diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam
titrasi-titrasi permanganat.
Asam terbaik untuk melarutkan biji
besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk
membantu proses kelarutan. Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi
(III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan
reduktorJones atau dengan timah (II)
klorida. Reduktor Jones lebih disarankan
jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang
masuk . Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi
reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan
kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan
memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi (Asroff, 2012).
2.3 Prinsip Titrasi Permanganometri
Permanganometri
adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4-bertindak
sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik
titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam
suatu sampel.
Pada
permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium
permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan
larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi
oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna
merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini
digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi (Arga, 2011).
2.4
Standar-standar Primer untuk
Permanganat
2.4.1 Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar
primer yang baik untukpermanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat
diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan
nonhigroskopis. Reaksinya dengan permanganat agak sedikit rumit dan berjalan
lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar
60°C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun
kecepatannya meningkat ketika ion mangan(II) terbentuk. Mangan(II) bertindak sebagai
katalis, dan reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di
dalam reaksi itu sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek katalitiknya
dengan cara bereaksi dengan cepat dengan permanganat untuk membentuk mangan
berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), di mana pada gilirannya secara cepat
mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi divalen.
Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat
adalah
5C2O42- +
2MnO4- + 16H+→ 2Mn2+ + 10CO2
+ 8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4,
Ca dan banyak senyawa lain. Selama beberapa tahun analisis-analisis prosedur
yang disarankan oleh McBride, yang mengharuskan seluruh titrasi berlangsung
perlahan pada suhu yang lebih tinggi dengan pengadukan yang kuat. Belakangan,
Fowler dan Brightmenyelidiki secara menyeluruh reaksinya dan menganjurkan agar
hampir semua permanganate ditambahkan secara tepat ke larutan yang diasamkan
pada suhu ruangan. Setelah reaksinya selesai, larutan tersebut dipanaskan
sampai 60°C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini. Prosedur ini mengeliminasi
kesalahan apa pun yang disebabkan oleh pembentukan hidrogen peroksida.
2.4.2 Besi
Kawat besi dengan
tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar primer. Unsur ini
larut dalam asam klorida encer, dan semua besi(III) yang diproduksi selama
proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh
permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran
besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen
pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini
teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan
dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4
dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari
mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut larutan “pencegah”,
atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke dalam larutan asam
klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam fosfat menurunkan
konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa
reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning yang
ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini tidak
berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas(Abdillah, 2012).
2.5 Kelebihan dan
Kekurangan Titrasi Permanganometri
Titrasi permanganometri ini lebih
mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal
ini dikarenakan larutan KMnO4sudah berfungsi sebagai indicator,
yaitu ion MnO4-berwarna ungu, setelah direduksi menjadi
ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi
permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada
buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada
buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga
pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang
seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang
terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4Pemberian
KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔
5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang
terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4Pemberian
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin
akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian
terurai menjadi air.
H2C2O4 +
O2 ↔ H2O2+ 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan
pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang
pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan (Arga, 2011).
2.6 Aplikasi Analisa Permanganometri“Pengujian
Air Secara Asam”
Kecenderungan pemakaian air
minum isi ulang (AMIU) oleh masyarakat terutama di perkotaan semakin meningkat.
Namun demikian kualitasnya masih perlu dikaji dalam rangka pengamanan kualitas
airnya yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu telah dilakukan
penelitian kualitas air minum dari depot air minum isi ulang di Jakarta,
Tangerang dan Bekasi. Tujuan: adalah untuk mengetahui proses pengolahan air
minum di depot AMIU, kualitas air minum isi ulang dari depot AMIU yang banyak
beredar saat ini dan mengetahui kondisi kesehatan lingkungan dan jumlah
konsumsi serta pendapat konsumen terhadap air minum dari depot AMIU.
Metodologi: Jumlah sampel depot air minum adalah 38, sedangkan untuk sampel air
setiap depot diambil 1 sampel air baku dan 1 sampel air minum sehingga jumlah
sampel air seluruhnya adalah 76. Parameter kualitas air yang diperiksa meliputi
parameter fisik, kimia, dan bakteriologi sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990
untuk air baku (air bersih) dan Kepmenkes 907 tahun 2002 untuk air minum.
Pemeriksaan sampel air berdasarkan Standard Method
for Examination Water and Wastewater dilakukan di laboratorium Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan (BTKL) Jakarta (Syambas, 2014).
BAB III
BAHAN DAN PERALATAN
3.1
Bahan
3.1.1
Kalium Permanganat (KMnO4)
Fungsi :sebagai larutan penitrasi
A.
SifatFisika
1.
Berat molekul : 158,03 gr/mol
2.
Densitas : 2,7 gr/cm3
3.
Berwarna ungu tua
4.
Bentuk fisika : padat
5.
Tidak berbau
B.
Sifat Kimia
1.
Sangat reaktif dengan senyawa
organik.
2.
Merupakan oksidator yang
kuat.
3.
Garam mangan di udara mengoksidasi
SO2menjadi SO3.
4.
Dapat menyebakan iritasi.
5.
Hasil degradasi kurang berbahaya
dibandingkan dengan KMnO4 itu sendiri.
(ScienceLab, 2013d)
3.1.2
Asam Oksalat (H2C2O4)
Fungsi :sebagai larutan untuk menstandarisasi.
A.
Sifat Fisika
1.
Berat molekul :
90,04 g/mol
2.
Tidak berwarna (putih)
3.
Titik lebur :
189,5 oC
4.
Tidak berbau
5.
Densitas :
1,9 gr/cm3
B.
Sifat Kimia
1.
Bersifat higroskopis.
2.
Reaktif dengan logam.
3.
Merupakan senyawa asam
organik dan padatan korosif.
4.
Dapat terbakar pada suhu tinggi.
5.
Hasil pembakaran yaitu CO
dan CO2.
(ScienceLab, 2013b)
3.1.3
AsamSulfat (H2SO4)
Fungsi :sebagai larutan untuk menstandarisasi.
A.
SifatFisika
1.
Berat molekul : 98,08
g/mol
2.
Tidak berwarna
3.
Titik lebur :
-35 oC
4.
Titik didih :
270 oC
5.
Densitas :
1,84gr/cm3
B.
Sifat Kimia
1.
Tidak dapat terbakar.
2.
Bersifat korosif
3.
Merupakan cairan beracun.
4.
Bersifat higroskopis.
5.
Bereaksi hebat dengan air.
(ScienceLab, 2013e)
3.1.4
Asam Fosfat (H3PO4)
Fungsi
:sebagai penentu suasana asam.
A.
SifatFisika
1.
Tidak berbau
2.
Berwujud cair
3.
Titikleleh :21oC
4.
Titikdidih : 158oC
5.
Densitas : 1,685 gr/cm3
B.
Sifat Kimia
1.
Bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen.
2.
Melepas panas ketika bereaksi
dengan alkohol, glikol, aldehid, dan amida.
3.
Bersifat korosif.
4.
Campuran dengan nitro metana
bersifat eksplosif.
5.
Sangat korosif dengan adanya
aluminium.
(ScienceLab, 2013c)
3.1.5
Besi (III) Klorida (FeCl3)
Fungsi
:sebagai penentuan
kadar Fe
A.
Sifat Fisika
1.
Berat molekul : 162,21 g/mol
2.
Berwujud padat
3.
Titikleleh :306oC
4.
Titikdidih : 316oC
5.
Densitas : 2,9gr/cm3
B.
Sifat Kimia
1.
Hasil degradasi lebih berbahaya
dari produk awal.
2.
Peningkatan suhu atau tekanan
dapat menjadikan FeCl3 reaktif.
3.
Bersifat korosif.
4.
Dapat bereaksi hebat dengan
air melepaskan gas beracun.
5.
Dapat menyebabakan iritasi.
(ScienceLab, 2013a)
3.1.6
Air (H2O)
Fungsi :sebagaipelarut
A.
SifatFisika
1.
Berat molekul : 18,02 g/mol
2.
Berwujud cair
3.
Tidak berwarna
4.
Tidak berbau
5.
Titikdidih : 100 oC
B.
Sifat Kimia
1.
Tidak bersifat korosif
2.
Tidak menyebabkan iritasi
3.
Tidak berbahaya
4.
Tidak beracun
5.
Merupakan produk yang stabil
(ScienceLab, 2013f)
3.2
Alat
3.2.1
Nama Alat dan Fungsi
1. Buret
Fungsi :untuk menitrasi sampel.
2. Statif dan klem
Fungsi :sebagai tempat menggantungkan/ menjepit buret.
3. Penangas
Fungsi :untuk memanaskan larutan.
4. Termometer
Fungsi :untuk mengukur suhu larutan yang dipanaskan.
5. Gelas ukur
Fungsi :untuk mengukur volume bahan yang akan digunakan.
6. Erlenmeyer
Fungsi :sebagai tempat larutan yang akan dititrasi.
7. Beaker glass
Fungsi :sebagai wadah untuk bahan-bahan yang digunakan.
8. Pipet tetes
Fungsi :untuk mengambil zat dalam jumlah kecil.
9. Corong
Fungsi :sebagai alat bantu untuk menuang ke gelas ukur atau buret
10. Bunsen
Fungsi: sebagais umber api dalam pemanasan larutan.
11. Kasa penangas air
Fungsi :sebagai
penghantar panas dari spiritus ke erlenmeyer
agar tidak berkontak langsung denganerlenmeyer.
12. Neraca
Digital
Fungsi
:sebagai alat untuk menimbang sampel maupun endapan.
13. Batang Pengaduk
Fungsi
: sebagai alat untuk mengaduk larutan.
14. Spatula
Fungsi : sebagai alat untuk mengambil bahan berupa padatan
3.3
Prosedur Percobaan
3.3.1
Prosedur Penyiapan Larutan KMnO4 0,05 N
1. Ditimbang sebanyak0,79
gram kristal KMnO4 dan dimasukkan ke dalam beaker glass.
2. Ditambahkan aquadest hingga
100 ml ke
beaker glass.
3. Larutan diaduk rata dan dipanaskan hingga mendidih.
4. Setelah mendidih, larutan tersebut didinginkan.
3.3.2 Prosedur Standarisasi Larutan KMnO4 0,05 N
1. Sebanyak 10 ml
larutan H2C2O4 0,05 N ke dalam Erlenmeyer dan dicampurkan
dengan10 ml H2SO41 N.
2. Larutan diaduk rata dan dipanaskan sampai suhu 70-80 oC.
3. Dititrasi dengan
larutan KMnO4sampai didapat warna merah rosa yang stabil.
4. Dicatat volume KMnO4 yang dipakai.
5. Diulangi percobaan
di atas sebanyak tiga kali.
6. Dihitung konsentrasi
KMnO4.
3.3.3 Prosedur Penentuan Kadar Besi (Fe)
1. Sebanyak 10 ml sampel Fe 0,01
N dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan 10
ml H2SO41 N dan 2 ml H3PO4 85%.
3. Dilakukan titrasi
perlahan-lahan dengan larutan KMnO4 0,05 N hingga didapat larutan dengan
warna merah rosa yang
stabil.
4. Dicatat volume
KMnO4 yang terpakai.
5. Diulangi percobaan
di atas sebanyak tiga kali.
6. Dihitung kadar
Fe dalam sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Latar Belakang Percobaan
4.1.1
Pembuatan Larutan KMnO4 0,05 N
Tabel 4.1 Hasil Pembuatan Larutan KMnO4 0,05 N
Massa KMnO4
(gram)
|
BM KMnO4
(gram/mol)
|
Volume H2O
(ml)
|
Normalitas KMnO4
|
0,79 gram
|
158 gram/mol
|
100 ml
|
0,05 N
|
4.1.2
Percobaan Standarisasi Larutan KMnO4 0,05 N
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Standarisasi
Run
|
Volume
H2C2O4
|
Volume
H2SO4
|
Volume
KMnO4
|
Normalitas KMnO4
|
% Ralat
|
|
Nt
|
Np
|
|||||
1
|
10 ml
|
10 ml
|
12 ml
|
0,05 N
|
0,0375 N
|
25 %
|
2
|
10 ml
|
10 ml
|
16 ml
|
|||
3
|
10 ml
|
10 ml
|
12 ml
|
|||
Rata-rata
|
10 ml
|
10 ml
|
13,33 ml
|
4.1.3
Percobaan Penentuan Kadar Fe
Tabel 4.3 Hasil Penentuan Kadar Fe
Run
|
Volume
sampel
|
Volume
H2SO4
|
Volume
H3PO4
|
Volume
KMnO4
|
Normalitas Fe
|
% Ralat
|
|
Nt
|
Np
|
||||||
1
|
10 ml
|
10 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
0,01 N
|
0,00167 N
|
83,33 %
|
2
|
10 ml
|
10 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
|||
3
|
10 ml
|
10 ml
|
2 ml
|
1 ml
|
|||
Rata-rata
|
10 ml
|
10 ml
|
2 ml
|
1,67 ml
|
4.2
Pembahasan
Pembuatan larutan KMnO4
0,05 N, yaitu dengan melarutkan 0,79 gram
dalam 100 ml air dengan persamaan reaksi:
MnO4-
+ 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O (Arga, 2011).
Pada penugasan konsentrasi KMnO4 sebesar
0,05 N, dan pada praktikum didapat konsentrasi KMnO4 sebesar 0,0375 N,Pada
percobaan standarisasi larutan KMnO4 didapat ralat
sebesar 25%. Ralat yang sangat besar ini terjadi karena kurang telitinya
praktikan dalam melakukan titrasi dan perhitungan.
Pada penentuan kadar Fe dari larutan FeCl3 0,01
N, Pada
penugasan konsentrasi Fe sebesar 0,01 N, dan pada praktikum didapat konsentrasi
Fe sebesar 0,00167
N, dan persen ralat Fe adalah 83,33% dari larutan sampel. Besarnya persen ralat
yang didapat, dapat disebabkan oleh banyak hal. Persamaan reaksi antara sampel
Fe dengan larutan KMnO4 adalah
sebagai berikut:
5 Fe2+ + MnO4-
+ 8 H+ → 5 Fe3+ + Mn2+ + 4 H2O (Arga, 2011).
Besarnya persen ralat yang diperoleh disebabkan oleh:
1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu
yang lama, larutan KMnO4 pada buret
yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya
adalah larutan berwarna merah rosa, sehingga menyebabkan
reaksi:
MnO4- + 8H+ +
5e → Mn2+ + 4H2O
2. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada
larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4
yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ :
2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O
↔ 5MnO2 + 4H+
3.
Penambahan KMnO4
yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4
yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin
akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian
terurai menjadi air :
H2C2O4 + O2
↔ H2O2 + 2CO2
(Dahlia, 2009)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1.
Titrasi permanganometri harus berlangsung dalam suasana asam karena reaksi
tersebut tidak terjadi bolak balik.
2.
Larutan KMnO4 berperan sebagai auto-indikator karena larutan KMnO4
dapat menyebabkan perubahan warna pada larutan yang dititrasi ketika
mencapai kesetimbangan titrasi.
3.
Pembuatan larutan KMnO4 0,05 N, yaitu dengan melarutkan 0,79 gram
dalam 100 ml air.
4.
Larutan KMnO4
distandarisasi dengan asam oksalat dan asam sulfat pada suhu 75oC,
sehinggga diperoleh konsentrasi KMnO4 adalah sebesar 0,0375 N dan konsentrasi penugasan 0,05N sehingga
persen ralat sebesar 25%.
5.
Konsentrasi Fe adalah sebesar 0,00167 N dan konsentrasi penugasan 0,01 N sehingga
persen ralatnya 83,33%.
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat saya
sampaikan untuk praktikan selanjutnya adalah:
1.
Praktikan
hendaknya menjaga agar larutan KMnO4 tidak
tersinari oleh sinar matahari berhubung KMnO4 bereaksi
secara langsung dengan sinar matahari.
2.
Praktikan hendaknya menutup beaker-glass dengan aluminium
foil saat memanaskan larutan KMnO4 agar cepat mendidih dan
larutan KMnO4 tidak berkurang jumlahnya karena menguap.
3.
Praktikan hendaknya menutup buret pada waktu larutan KMnO4
didalamnya karena KMnO4 mudah teroksidasi.
4. Pada
saat pengukuran suhu, termometer tidak boleh menyentuh dasar beaker glass untuk menghindari kesalahan pada
pembacaan suhu.
Sebaiknya penentuan kadar besinya tidak hanya
dilakukan secara permanganometri saja tetapi dapat dilakukan dengan titrasi
redoks lainnya seperti iodimetri atau dikromatometri, sehingga pengetahuan
praktikan dapat bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Indah.
2012. Titrasi Permanganometri. http://catatankimia.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
Arga, Puput. 2011. Titrasi Permanganometri. http://syadharzyarga.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 23 Maret 2014.
Asroff. 2012. Titrasi
Permanganometri. http://esek-esek.pun.bz/.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
Ayu, Nana. 2009. Laporan
Praktikum Titrasi Permanganometri. http://2.bp.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
Dahlia, 2009. Tugas Kelompok Kimia Analitik I Permanganometri. Universitas Negeri Makassar: Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Khopkar, S.M. 1985.
Konsep Dasar Kimia analitik. Depok :
UI Press.
Matasak,
Jerwyyiana. 2012. Permanganometri.
http://jeforanal.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
Rahayu, Mira. 2012.
Titrasi Permanganometri. http://mira-rahayu.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 23 Maret 2014.
ScienceLab. 2013a. Ferric Chloride. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013b. Oxalic Acid.
www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013c. Phosphoric Acid.
www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013d. Potassium
Permanganate. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013e. Sulfuric Acid.
www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013f. Water. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
Saya ingin bertanya, bagaimana cara menghitung kadar Normalitas praktik Fe dalam sampel ?
BalasHapus